Seni Budaya Sunda Saung Angklung Udjo - Bandung

Saung Angklung Udjo terletak di Jl. Padasuka 118 Bandung. Bagi pengunjung dari Jakarta tinggal keluar dari pintu tol Pasteur, kemudian berkendara lurus melintasi fly over, melintasi jalan Surapati, jalan Ph. Hasan Mustapa. Di ujung jalan Padasuka, ada papan Saung Angklung Udjo yang menjadi penanda belokan ke jalan Padasuka. Sekitar 200 meter terdapatlah Saung Angklung Udjo di sebelah kanan jalan yang ditandai dengan pepohonan bambu.



Dari jalan, Saung Angklung Udjo terlihat biasa saja. Tapi setelah masuk ke dalam, ternyata tempatnya sangat luas, dengan area parkir untuk rombongan bus dan mobil yang lapang.



Di Saung Angklung Udjo, ada beberapa area bangunan dengan arsitektur etnik Sunda dan pepohonan bambu yang rimbun. Ada resto, toko suvenir, dan tempat pertunjukan berbentuk amphitheatre yang dapat menampung lebih dari 1000 pengunjung.



Setelah pembukaan, pertunjukan diawali dengan demonstrasi wayang golek (boneka kayu khas Sunda). Pertunjukan ini dinamakan demonstrasi karena hanya berlangsung 15 menit, jauh lebih singkat dari pertunjukan wayang golek lengkap yang membutuhkan waktu lebih dari 7 jam.

 

Walaupun disajikan dengan bahasa Sunda, demonstrasi wayang golek ini dipenuhi dengan gelak tawa walaupun penonton tak sepenuhnya memahami ucapan sang dalang. Pemilihan bagian yang lucu membuat penonton bisa menikmati dan tertawa bersama.

 

Bagian kedua dari pertunjukan di Saung Angklung Udjo adalah helaran. Serombongan anak-anak menari riang gembira sambil memainkan angklung. Di tengah anak-anak yang menari, ada seorang anak kecil yang naik di atas tandu, seperti anak yang baru saja disunat.
Salah satu fungsi helaran memang sebagai hiburan untuk anak-anak yang baru selesai disunat dan kemudian diarak keliling desa sambil dihibur.



Usai helaran, pertunjukan yang selanjutnya adalah tari topeng dari Cirebon. Mengenakan baju merah cerah, tiga gadis menari dengan indah.
Tari topeng yang dipertunjukkan di Saung Angklung Udjo merupakan cuplikan dari pola-pola tarian klasik Topeng Kandaga.

 

Tarian ini terdiri dua babak, yang pertama tanpa topeng mengisahkan Layang Kumintir, pembawa berita untuk Ratu Kencana Wungu yang sedang menyelidiki keadaan Kerajaan Blambangan. Babak kedua (memakai topeng), Layang Kumintir menyamar menjadi seorang pri gagah perkasa untuk melawan Prabu Menakjinga.

 

Calung, instrumen musik bambu yang dimainkan dengan cara dipukul menjadi sesi pertunjukan selanjutnya.
Pertunjukan Calung kemudian dilanjutkan dengan Arumba, alat musik tradisional yang terbuat dari bambu dan bertangga nada diatonis. Arumba yang diciptakan pada tahun 1970-an memiliki kepanjangan A=alunan, Rum=Rumpun Ba=Bambu




Selanjutnya, mulailah sesi pertunjukan angklung yang melibatkan berbagai jenis angklung, beragam lagu, serta aneka bentuk pertunjukan. Dengan angklung, beragam lagu mulai lagu anak, Kenduri Cinta, Indonesia Pusaka, You Raise Me Up, dan lain-lain.
Selain melihat dan menikmati pertunjukan angklung, satu hal yang sangat keren adalah bermain angklung bersama. Anak-anak dari Saung Angklung Udjo membagikan angklung kepada para penonton, kemudian pembawa acara mengajak penonton memainkan angklung bersama dengan panduan isyarat tangan.



Dan di akhir pertunjukan dua jam ini, para penonton diajak turun dan menari bersama.
Saung Angklung Udjo memang keren! Bangga memiliki pertunjukan budaya etnis yang bisa dikemas selaras dengan standar pertunjukan modern.



Previous
Next Post »
Thanks for your comment