Jalan - Jalan ke Pulau Kemaro di Palembang

Pulau Kemaro – adalah sebuah delta yang terbentuk di tengah sungai musi. Dalam legenda masyarakat setempat, pulau ini merupakan makam Putri dari kerajaan Sriwijaya, Siti Fatimah dan suaminya yang berasal dari Tiongkok. Di pulau ini biasanya sangat ramai pada saat perayaan besar masyarakat Cina, misalnya Imlek.




Menurut legenda, asal Pulau Kemaro ini bermula dari kisah pasangan Siti Fatimah dan pemuda dari Tiongkok yang tenggelam di sungai musi karena sang suami kecewa, 7 guci yang menjadi mas kawin mereka hanya berisi sayuran busuk. Karena merasa sangat malu, ia membuang guci-guci itu dari atas kapal. Tapi saat guci terakhir tak sengaja pecah di kapal, isi guci itu adalah emas dan perhiasan mewah. Sayur-sayuran tersebut hanya untuk menjaga agar tidak di curi bajak laut.
Setelah mengetahui hal tersebut, sang suami menyesal, lalu nekat terjun bersama seorang prajurit untuk mencari guci-guci itu, tetapi kedua orang ini tak juga muncul, karena khawatir, akhirnya di susul oleh istrinya dan ternyata bernasib sama. Beberapa tahun kemudian, muncul gundukan tanah di tempat mereka tenggelam, yang saat ini dikenal dengan Pulau Kemaro.



Untuk menuju pulau ini, anda harus menempuh perjalanan dengan alat transportasi air. Anda bisa memilih naik speedboat atau naik gethek, biasa di sebut ketek oleh masyarakat setempat. Sebelum menaiki alat transportasi tersebut, anda harus menuju ke dermaga terlebih dahulu. Ada beberapa pilihan dermaga yang bisa anda tuju, di antaranya dermaga di Benteng Kuto Besak (BKB), yang tidak jauh dari pusat kota. Anda bisa naik segala jenis angkot yang memiliki jurusan ke Ampera. Berhenti di bawah Jembatan Ampera, lalu berjalan menuju Benteng Kuto Besak. Tidak jauh setelah memasuki pagar BKB yang berwarna hijau, di sebelah kiri anda akan melihat sebuah dermaga. Di sanalah anda akan menemukan beberapa ketek atau speedboat yang akan mengantar anda ke Pulau Kemaro.



 Di Pulau ini, ada beberapa makam yang berada di dalam sebuah rumah bergaya arsitektur Cina. Selain itu, ada sebuah pagoda tertinggi di Palembang dengan 9 lantai dan tingginya sekitar 40 meter. Biasanya banyak warga Cina di Palembang ataupun dari Luar Kota yang datang kesini, terutama pada hari-hari besar. Tapi tak hanya warga Cina, banyak juga masyarakat non-Cina yang biasa berekreasi disini. Biasanya untuk piknik bersama keluarga ataupun kerabat.



Tak jarang terlihat pasangan yang datang ke sini, karena ada sebuah pohon beringin yang sudah tua, mitosnya, siapa yang menuliskan namanya dan pasangannya di pohon itu, maka besar kemungkinan mereka berjodoh. Sayangnya, hal ini membuat pohon tersebut terlihat sangat kotor, sehingga pemerintah menuliskan larangan untuk mencoreti pohon, dan saat ini pohon tersebut sudah dipagar agar tidak ada yang masuk mendekati pohon.
Beberapa patung budha dan patung yang menempel di dinding, menggambarkan tokoh Tom Sam Chong dan anak-anak buahnya juga menghiasi suasana di pulau ini. Tak hanya itu, di bagian agak ke belakang dari pagoda, kita juga bisa menemukan patung 2 ekor panda.








Previous
Next Post »
Thanks for your comment